Novel: South Allburg Swallows
Halaman 1 dari 1
Novel: South Allburg Swallows
Halo, guys..
Ane mau nyoba nulis novel tentang dunia sepakbola nih,
Untuk selanjutnya, jika memungkinkan, ane bakalan terus ngupdate setiap bab nya (karena ane juga baru mulai nulis)
Ane tau gan, ada banyak tempat buat share novel karya sendiri kaya gini, tapi ane udah respek aja sama orang-orang disini, dan yang pastinya, karena ane mau liat, apakah para gila bola disini udah bisa nikmatin isi novel ini...
Jujur, ane masih pemula dalam dunia pernovelan, jadi tolong kasih kritik dan sarannya ya :3
Jadi, singkatnya novel ini bercerita tentang kehidupan orang-orang di sekitar tim sepakbola dari kota kecil (kota fiksi) yang berjuang untuk bertahan dan mengikuti kompetisi profesional (yang juga fiksi) di amerika sana, mulai dari pemain, pelatih, pacar, teman-teman, dan bahkan pemilik restauran. Gaya ceritanya akan berpusat pada tokoh utama, yang bakal berbeda-beda setiap bab-nya.
Untuk permulaan, ane post prelude nya dulu ya.. kalau responnya positif, insyallah ane update terus...
Ane mau nyoba nulis novel tentang dunia sepakbola nih,
Untuk selanjutnya, jika memungkinkan, ane bakalan terus ngupdate setiap bab nya (karena ane juga baru mulai nulis)
Ane tau gan, ada banyak tempat buat share novel karya sendiri kaya gini, tapi ane udah respek aja sama orang-orang disini, dan yang pastinya, karena ane mau liat, apakah para gila bola disini udah bisa nikmatin isi novel ini...
Jujur, ane masih pemula dalam dunia pernovelan, jadi tolong kasih kritik dan sarannya ya :3
Jadi, singkatnya novel ini bercerita tentang kehidupan orang-orang di sekitar tim sepakbola dari kota kecil (kota fiksi) yang berjuang untuk bertahan dan mengikuti kompetisi profesional (yang juga fiksi) di amerika sana, mulai dari pemain, pelatih, pacar, teman-teman, dan bahkan pemilik restauran. Gaya ceritanya akan berpusat pada tokoh utama, yang bakal berbeda-beda setiap bab-nya.
Untuk permulaan, ane post prelude nya dulu ya.. kalau responnya positif, insyallah ane update terus...
- PRELUDE:
PRELUDE
Caitlin McIntosh (<-- untuk seterusnya, tanda ini berarti nama tokoh utama dalam setiap bab)
“Chris, jangan lupa sepatumu!”
“Lekas Chris, hari sudah mulai gelap!”
“Kate, bantu Chris dengan pakaiannya!”
Caitlin yang sedang membaca majalah di sudut ruang keluarga hanya mengeluh pelan. Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore, di penghujung bulan oktober yang tenang. Daun-daun yang berserakan di halaman rumah sudah mulai menguning, pertanda akan segera datangnya musim gugur. Akan tetapi, musim gugur yang tenang ini pun nyaris tidak bisa membuat semua orang di rumah itu tenang. Tidak, mungkin seluruh kota sedang tidak tenang saat ini.
Caitlin Jane McIntosh, atau Kate, semua orang memanggilnya begitu, kebetulan sedang mempunyai beberapa hal untuk diperhatikan sore ini. Dia masih mempunyai beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan. Caitlin merupakan seorang perancang busana, sekaligus pemilik toko butik dan barang antik yang dimilikinya bersama kakaknya, Chris, yang berada di blok yang sama dengan rumah mereka. Dia dan kakaknya tidak lagi tinggal bersama orang tuanya. Ayah mereka meninggal sejak mereka kecil, dan ibu mereka dianggap tidak mampu membesarkan mereka seorang diri. Pengadilan setempat memutuskan untuk menyerahkan kakak-beradik McIntosh kepada pasangan Weaver, yang masih sepupu dekat dari ibu mereka. Kadang-kadang ibu mereka, yang tinggal di Kanada untuk merawat sang kakek, datang berkunjung dan menginap beberapa hari.
Seperti hari ini.
Saat ini, kota South Allburg, yang terletak di daerah Bonner, Idaho, sedang sangat gempar, karena tim sepakbola kota itu memiliki kesempatan untuk berlaga di MLS, kompetisi sepakbola tertinggi di Amerika Serikat, jika berhasil menjuarai babak playoff liga amatir. Babak playoff ini diikuti 32 tim dari seluruh pelosok Amerika Serikat, yang dibagi dalam 8 grup, untuk memperebutkan 3 posisi teratas.
Kebetulan, tim South Allburg Swallows, yang merupakan kebanggaan dari kota tersebut, telah bermain baik sekali di divisi dua sejak Chris McIntosh dan beberapa kawannya bergabung ke dalam tim. Mereka belum pernah kalah dalam pertandingan kandang sejak kekalahan memalukan 12-0 di liga 4 tahun yang lalu. Dan setelah 20 tahun bermain di liga amatir, akhirnya Swallows memiliki kesempatan untuk naik pangkat ke liga profesional musim depan, jika paling tidak mereka berakhir pada posisi ketiga dalam babak playoff kali ini.
Caitlin McIntosh tentu saja sangat bangga dengan kakaknya. Jika dia pergi bersama kakaknya, semua orang akan menyapa mereka dengan sangat ramah. Beberapa anak di kota itu selalu menggunakan jersey Swallows bernomor punggung 12 dengan nama C.J.McINTOSH, jika sedang bermain sepakbola, baseball, rugby, ataupun olahraga lainnya. Caitlin sendiri mempunyai tiga pasang jersey kakaknya, yang selalu dipakai jika Chris tidak melihat.
“Caitlin, ayo berangkat, Chris sudah siap!”
Ibu mereka berteriak dari dalam mobil, bersama Cole dan Nina Weaver, anak mereka Siobhan, dan Chris. Dengan segera Caitlin bergerak seperti kucing dan berlari ke dalam mobil setelah mengunci pintu rumah. Hari ini adalah pertandingan pertama babak Playoff, antara South Allburg Swallows dan Micighan Magician yang diadakan di stadion kebanggaan warga South Allburg, Southern Park, pada pukul 8 malam. Sepanjang jalan, semua orang yang mengenali mobil yang dikendarai Chris segera membuka jalan dan membiarkan mobil van tua itu mendahului mereka. Sebagian besar dari mereka juga sedang menuju Southern Park, dan menggunakan baju kebesaran Swallows yang berwarna Hijau Kuning, dengan cat hijau yang mencoraki wajah mereka.
Setibanya di Southern Park, Caitlin segera menghilang dari yang lainnya. Dia sudah mempunyai sebuah rencana untuk dilakukan sebelum pertandingan dimulai. Dia memakai sepatu Chris yang sudah terlalu kecil dan memanjat pagar pembatas stadion untuk bergabung dengan para pemandu sorak.
“Suasananya hebat ya?” ujar Caitlin kepada salah seorang pemandu sorak, yang kebetulan merupakan salah satu teman dekatnya.
“Ya—aku tidak ingat pernah melihat stadion ini terisi penuh,” kata Janet, si pemandu sorak. “Kau akan ikut membantu mereka pemanasan lagi, Kate?”
Caitlin hanya tersenyum lebar dan mengangguk. Dia melepas jaketnya sambil memandang angkuh kepada pemandu sorak yang lain. Para pemandu sorak itu kebanyakan merupakan teman satu sekolah Caitlin dan Janet saat SMU, dan hampir sebagian dari mereka kurang menyukai Caitlin bahkan setelah mereka lulus SMU setahun kemarin, tapi dia tidak peduli. Dalam hati dia sangat kagum pada Janet, yang memiliki keistimewaan untuk dapat diterima di setiap kelompok.
Para pemain Swallows memasuki lapangan beberapa menit kemudian, bersama para pelatih mereka dan beberapa anak-anak dari akademi Swallows. Para pemandu sorak yang baru saja melempar pandangan jijik dan mencela kepada Caitlin, segera bersiap siaga dan meneriakkan yel-yel untuk para pemain, terutama kakak Caitlin sendiri, Chris “C.J.” McIntosh.
“Beri kami C! Beri kami J! Kami beri kalian gol! Hidup McIntosh! Hidup C.J. McIntosh!”
Caitlin hanya tersenyum dan tertawa geli melihatnya. Tapi setelah Janet meninggalkannya untuk bergabung dengan pemandu sorak lainnya, Caitlin berpaling dan terdiam. Sudah lama dia hidup dibawah bayang-bayang kakaknya seperti ini.
Dia kemudian bergabung dengan para pemain di lapangan dan membantu mereka berlatih. Jika manager Swallows mengizinkan, mungkin Caitlin juga dapat bergabung bersama para Swallows. Dia merasa cukup cepat dan mahir dalam mengolah bola. Dia sering berlatih bersama mereka, sehingga dia mengenali gaya peramainan mereka, dan juga karakteristik dari setiap pemain. Cliff McGregor, sang manager, juga mengizinkan Caitlin melihat-lihat catatannya dan juga mengajarinya beberapa trik dalam menghentikan serangan lawan. Dia bahkan tahu kelemahan Chris McIntosh dan beberapa celah dalam tim.
Chris McIntosh merupakan striker yang hebat dan agresif. Walaupun hanya setinggi 175 cm, dia dapat melakukan heading dan overhead kick yang akurat. Dia bisa melakukan rainbow trick dengan sangat fokus, menggocek kiper lawan, dan menceploskan bola ke gawang dengan menggunakan tendangan tumit. Dia merupakan sosok striker yang sempurna, pada usianya yang baru menginjak 24 tahun. Dia juga mempunyai tandem yang hebat, Michael Freeman, yang tugas utamanya adalah memberikan suplay bola kepada Chris. Michael sempat berhubungan dengan Caitlin selama 4 bulan saat Caitlin masih di SMU. Tapi sampai sekarang, Michael merupakan salah satu sahabat Caitlin di lapangan.
Pemain Swallows lainnya yang juga dekat dengan Caitlin adalah Dewey Davies dan Ronald Brady, yang berposisi sebagai gelandang dan bek kanan. Mereka adalah dua dari sedikit orang iseng yang memanggil Caitlin dengan ‘C.J.’, yang merupakan panggilan untuk Chris. Selain itu, Caitlin malah menganggap mereka manis, dan berpendapat kalau mereka lah motor permainan Swallows yang sebenarnya, bersama Keith Andrews yang berposisi sebagai bek kiri. Mereka cepat dan gesit, dan sering memainkan strategi Swap Wing yang terkenal. Jika Caitlin melihat di TV dalam sebuah pertandingan tandang, Swap Wing yang mereka lakukan sangat mudah terbaca. Secepat dan sejitu apapun mereka melakukan trik itu, semua akan berakhir pada crossing mematikan yang ditujukan pada Chris ataupun Michael Freeman. Tapi entah kenapa tidak ada pemain lawan yang mampu mengimbangi kecepatan sayap mereka.
“Kate! Berikan bolanya!”
Caitlin yang sedang berdiri sambil mengamati latihan mereka segera berlari untuk mengejar bola. Dengan cepat diberikannya bola itu kepada Davies yang juga berada di sana. Davies berlari ke sisi kanan dan membuat sebuah crossing ke arah Chris.
“C.J! C.J! C.J!” teriak riuh penonton saat Chris melepaskan tembakan volley ke dalam gawang. Caitlin juga ikut bertepuk tangan melihat gol indah itu. Dia pun kembali berkeliling untuk mengambilkan bola yang terlepas dan menendangnya ke arah pemain yang meminta.
Tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul sepuluh. Caitlin duduk bersama manager, pemain cadangan, dan pemandu sorak yang sibuk meneriakkan yel-yel. Kedua tim telah berbaris di dalam lapangan, berdiri sementara lagu kebangsaan Amerika Serikat diputarkan. Mike Flavahan, penyiar kawakan, telah mulai memberikan komentarnya di ruangan komentator, dengan pertama-tama menyapa para pendukung Southern Allburg Swallows dan Michigan Magician.
“Selamat daatang, para suporter dari kedua kesebelasan, senang rasanya bisa bergabung kembali bersama kalian di pertandingan pertama Grup C babak playoff, antara Southern Allburg Swallows dan Michigan Magician!
“Pertandingan akan segera dimulai beberapa detik lagi, dan sepertinya Swallows turun dengan skuad penuh dan lengkap, dengan Coleman di depan gawang, bersama Andrews, Carmichael, Archer, Brady, Davies, Perry, Carpenter, Shephard, Freeman, dan sang kapten C.J. McIntosh!!
“Pertandingan dimulai, dan McIntosh-Freeman bersiap melakukan kick-off, dan YAP! Peluit berbunyi dan mulai! Carmichael menguasai bola dan memberikannya kepada Davies, Shephard, Brady, Shephard, Carmichael, ooh! Jauh ke depan, Stephen Carpenter ada disana! Oh tidak, di potong oleh pemain lawan—,”
Pemain lawan tersebut bernama Matt Barton, yang merupakan playmaker terbaik Magician. Tapi Caitlin tahu kalau Mike Flavahan telah dikenal sebagai fans Swallows, sehingga sulit baginya untuk tidak memihak, atau paling tidak menghafal nama lawan.
“YAP! Dennis Coleman baru saja membuat penyelamatan cantik. Tapi semestinya bek Ben Archer tidak membuat kesalahan serupa lagi, karena Coleman mungkin tidak dapat menghadapi serangan selanjutnya—Andrews mendapatkan bola, diberikan kepada Shephard, dan diberikan lagi kepada Keith Andrews—Carmichael, Andrews, Carmichael, dan sepertinya manager Cliff McGregor berdiri di pinggir lapangan dan memerintahkan beberapa komando, dan bola masih berada pada Owen Carmichael, Archer, Andrews, dan kurasa mereka tidak dapat menembus kawalan ketat yang diberikan oleh para gelandang Magician. Matt Barton dan Nicky Foxx terus berlari mengejar bola, yang masih dikuasai oleh para Swallows, Andrews, Brady, Carpenter, dan sepertinya Stephen Carpenter dan Martin Perry telah dipaksa turun ke pertahanan. OH TIDAK! Knightley berhasil merebut bola dari pengawasan Keith Andrews, dan bola sekarang diberikan kepada Barton, Knightley, Foxx, Kendall, Barton lagi, dan dia bersiap menembak! Sungguh tackle yang bagus dari Carpenter, dan Foxx mendapatkan bolanya, kita lihat dia berusaha memainkan ball possesion bersama teman-temannya, dan mereka makin mendekati gawang Swallows—Barton, Foxx, Barton,--direbut oleh Archer—direbut lagi oleh Kendall. Sepertinya Swallows makin kesulitan bertahan di menit ke dua puluh ini…”
Caitlin benci melihat keadaan di lapangan. Chris dan Michael Freeman harus turun kebelakang dan membantu teman-teman mereka mencegah serangan dari Magician.
“Matt Barton, bola baru saja diterimanya, dan dia terus membawa bola ke depan, dioper kepada Milou, kembali ke Barton, Milou, Foxx, Barton, Kenda—OH TIDAK, Ben Archer mencuri bola dengan gerakan yang hebat, tapi bola terlepas dari keduanya. TAPI TIDAK! Dewey Davies mengambil bola, dan ia berlari sangat cepat di sisi kanan lapangan! Ben Frost mencoba menghadang, bisakah di—sungguh Crossing yang sempurna!! Sekarang bola ada pada C.J. McIntosh!! Freeman! Davies! Freeman! Para Magician harus segera turun untuk menghadapi counter attack ini—tapi Freeman terus membawanya, diberikan pada McIntosh! McIntosh berlari kedepan! OH! ONE on ONE!! Bola masih pada McInto—MCINTOSH!!!”
Semua penonton bersorak riang saat melihat gol pertama dalam pertandingan itu. Caitlin ikut berdiri dan bersorak bersama yang lain. Para pemandu sorak berlari di pinggir lapangan dan menyanyikan lagu kebesaran C.J. McIntosh dengan sangat lantang.
Setelah gol tersebut, permainan makin ketat di area tengah. Michigan Magician makin bernafsu untuk mencetak gol, tapi mereka tidak mampu menembus barisan petahanan yang dikomandani oleh Owen Carmichael. Begitu juga halnya dengan Swallows, para pemain belakang Magician terus menutup pergerakan Chris dan Michael. Berkali-kali tekel yang dilancarkan mampu mencegah tembakan Chris, dan sepertinya Chris sudah menjadi sangat frustasi. Ditambah, Matt Barton baru saja melesakkan tembakan jarak jauh untuk menyamakan kedudukan lima menit sebelum babak pertama selesai. Para suporter dengan atribut hijau-kuning yang sejak tadi bersemangat, terdiam melihat gol penyama tersebut. Babak pertama pun akhirnya selesai. Para Swallows berjalan ke ruang ganti dengan gontai.
Caitlin bisa menebak kalau Chris sangat marah saat ia melihat betapa merah wajah kakaknya itu, yang memang dikenal sebagai pemain dengan tempramen tinggi. Di dalam ruang ganti, Chris mengamuk karena sama sekali tidak bisa melewati pertahanan lawan, sementara Freeman dan beberapa pemain lainnya bahkan tidak bisa maju lebih jauh untuk memberikan dukungan.
“Boss, kita tidak bisa terus begini,” kata Freeman sambil mengompres kaki kanannya dengan kantong es. Rupanya dia mengalami memar di bagian betis, dan kakinya serasa kebas jika digerakkan. “Aku tidak yakin bisa melayani C.J. di babak kedua nanti.”
Cliff memberikan note nya pada Caitlin dan berjalan mendekati Freeman.
“Ini cukup parah, kau harus istirahat paling tidak dua hari. Aku tidak yakin kau bisa terus hari ini, Mr Freeman,” dia tampak berpikir, “Mr Nolan, kau masuk di babak kedua, menggantikan Mr Freeman.”
Andy Nolan, salah seorang penyerang cadangan mengangguk, tapi dia terlihat ragu.
“Anak-anak! Ini yang akan kita mainkan di babak kedua nanti. Aku berharap Mr Carmichael dan Mr Archer mampu menahan bola selama mungkin di barisan pertahanan kita. Mr Shephard dan Mr Davies, kalian bersiaplah menerima operan dan mengirim umpan jauh ke depan, dari kiri dan kanan. Mr McIntosh dan Mr Nolan akan segera berlari menjemput bola. Jika perkiraan ku benar, kalian hanya akan berhadapan dengan dua atau tiga orang pemain belakang mereka. Lakukanlah dengan cepat, dan segera lepaskan tembakan. Pemain yang lain akan berusaha mempertahankan bola, dipimpin oleh Mr Carmichael. Jelas!?”
Mereka semua mengangguk, dan segera berjalan kembali ke dalam lapangan, meninggalkan Cliff McGregor, Caitlin, dan Michael Freeman yang tertatih-tatih.
“Kate, bagaimana strategiku tadi?” tanya Cliff McGregor.
“Aku tidak tahu, sir, tapi kurasa Andy Nolan tidak bisa mengimbangi kakakku. Chris terbiasa berduet dengan Freeman, yang mampu membaca arah gerakan kakakku,” jawab Caitlin dengan pelan, supaya hanya Cliff McGregor yang bisa mendengar.
“Kita tidak punya penyerang lain, Kate. Menurutku kita coba saja strategi ini.”
Caitlin hanya bisa mengangkat bahunya.
“Ladies and Gents, selamat datang kembali ke Southern Park, dan Matthew Barton baru saja melakukan kick off, di malam hari ini temperatur menunjukkan angka 16 derajat celcius, tapi kurasa ini tidak berlaku bagi semua orang yang sedang berlari d atas lapangan hijau. Mereka semua terbakar semangat dan emosi, untuk memenangi babak ini. Mereka yang sudah berjuang keras untuk mencapai babak play-off ini tidak akan mau menyerahkan satu laga pun kepada lawan.
“Matt Barton baru saja melewati Carpenter dan Perry bersama tandemnya yang bermain cukup efektif malam hari ini, Nicky Foxx. Oh, operan satu-dua lagi, kerja sama yang sangat baik antara mere—NOLAN! Dia memotong alur bola dengan sangat cepat. Sekarang bola pada Carmichael, Archer, Martin Perry, Carpenter, Carmichael, Andrews, dan YAP! McIntosh dan Nolan berlari dengan sangat cepat ke depan! Andrews melakukan crossing jauh, dan bola diterima Nolan, diberikan kepada McIntosh—tapi berhasil direbut oleh Sal Milou, yang bertahan dengan menakjubkan setelah cedera parah bulan lalu, tapi dia—NOLAN! Astaga, dia merebut bola dari Milou dengan sangat hebat! Bukan pelanggaran, dan bola terobosan dari Nolan kepada McIntosh yang maju sedirian!”
“MR NOLAN! MAJU! BANTU MCINTOSH!” teriak Cliff McGregor dari bench. Akan tetapi, Andy Nolan terlihat mundur dan memilih mengawasi gerakan Milou, sementara Chris membawa bolanya sendirian. Alhasil, dua orang pemain belakang Magician mampu mematahkan serangan Swallows. Mereka terus mencoba usaha serupa tiga puluh menit kemudian, tapi Magician tampaknya makin membuat barisan pertahanan Swallows kocar-kacir.
“Matt Burton berlari dari sayap kanan, dan crossing, sekarang pada Lou Kendall—Kendall mencoba menembak!! Carmichael menghalanginya—OH TIDAK!! Tackle brutal dari Ben Archer—MELESET!! Kendall bebas! Bola diberikan pada Barton, ditembak—ANDY NOLAN!!!”
Bola tembakan Matt Barton mampu mengecoh kiper Dennis Coleman yang malah bergerak ke arah kiri. Tapi Andy Nolan, entah bagaimana caranya, melakukan tendangan salto dan membuang bola keluar lapangan. Corner.
“…astaga…. Sungguh atraksi menarik yang diperagakan Andy Nolan. Mereka sebaiknya berterima kasih padanya atas aksinya barusan ini. Dan ooowh, apa yang terjadi! Seperinya tackel Ben Archer salah sasaran dan malah mengenai—uh oh, agaknya kaki Carmichael patah. Medis sedang memberikan bantuannya. Semoga dia tidak apa-apa…”
“Si Flavahan itu malah membuatku gugup,” kata Cliff McGregor, memandang ruang komentator di seberang lapangan. Setelah memberikan isyarat tangan untuk memanggil Nolan, Cliff menghampiri tim medis yang sedang menggotong Owen Carmichael dengan tandu. “Bagaimana, dok?”
“Kakinya patah, Cliff. Kau harus menggantinya.”
“Kau baik-baik saja, Owen?” tanya Caitlin kepada Carmichael. Hanya dibalas erangan dan rintihan menahan sakit. Caitlin tidak berani menarik selimut yang digunakan tim medis untuk menutupi kaki Owen Carmichael.
Andy Nolan mendekat, sambil meraih sebotol air minum dan memberikan tepukan di bahu Owen Carmichael. Ekspresi wajahnya terlihat bingung. Cliff McGregor menghampiri Nolan dan berbisik dengan penuh emosi.
“Gerakanmu barusan bagus, tapi JANGAN SEKALI-KALI membiarkan C.J. maju sendirian!” geramnya.
“Aku mengamati permainan mereka, dan Barton bukanlah ancaman serius—Milou merupakan otak dari permainan mereka! Aku tidak bisa memberikan jalan untuknya!”
“Demi tuhan! Kau seorang PENYERANG!! Percayalah pada para pemain belakang! Bantu McIntosh di depan gawang!”
“Vineberg! Mr Vineberg! Cepat pemanasan!” teriak Cliff kepada salah seorang pemain di bangku cadangan, Allan Vineberg, setelah Andy Nolan kembali ke lapangan dengan geram. Dia tidak asing lagi bagi Caitlin, karena Allan Vineberg tidak lain adalah pacar Caitlin sendiri. Mereka tidak banyak berkomunikasi saat latihan, karena entah kenapa Chris tidak begitu suka jika Caitlin berpacaran dengan Allan Vineberg. Suatu hal yang kurang baik dalam diri Allan Vineberg, adalah dia selalu memanfatkan kesempatan untuk memprotes Chris.
Allan Vineberg mengedipkan sebelah matanya pada Caitlin, dan segera bersiap-siap untuk memasuki lapangan untuk menggantikan Carmichael. Tapi Cliff dengan cepat menarik lengan Allan Vineberg dan mencengkeramnya.
“Kita berdua tahu kau bukan center back yang hebat, tapi aku percaya staminamu. Jadi, Mr Vineberg, jangan sekali-kali kau meninggalkan pos pertahanan. Mengerti!? Dan tolong perhatikan gerakan Milou!”
Allan mengangguk, tapi matanya tidak fokus.
“Good luck, Vinny!!” teriak Caitlin.
“…dan sepertinya Carmichael harus meninggalkan pertandingan lebih dulu, dan Vineberg masuk menggantikannya. Vineberg sejauh ini telah bermain sepuluh kali musim ini, jumlah pengalaman yang tidak terlalu sedikit, tapi entah untuk menggantikan tugas bek kawakan seperti Carmichael. Pertandingan tinggal 10 menit lagi, semoga Swallows dapat mengakhiri pertandingan ini tanpa kekalahan.
“Dan tedangan sudut pun dilakukan. BARTON!! Ah, tapi Coleman dapat menangkap bola! Langsung dilemparkanya ke arah Andrews, dan Andrews terus melakukan serangan balik dari sisi kiri! Di oper kepada Nolan, dan Nolan kepada McIntosh, balik ke Nolan—tapi Kendall dapat merebut bola dari kaki Nolan. Andy Nolan bertahan sangat bagus di pertadingan ini, tapi dia harus mengurangi kesalahan-kesalahan kecil seperti ini. Dan Kendall terus melanjutkan penyerangan…
“Archer dapat merebut bola! Diberikan pada Davies, Perry, Davies, back pass ke belakang. Ada Vineberg, ke Archer, Vineberg, Coleman, Archer, Andrews, Davies—oh! Pola serangan yang sama, tapi masih tak terhentikan! Davies berlari ke arah depan! Beberapa pemain Magician berhasil dikelabui, sementara Davies mengirim crossing sempurna ke arah Nolan. Nolan kepada McIntosh, Nolan, McIntosh—MILOU!! Lagi-lagi, direbu—NOLAN!! Astaga! Menyaksikan kedua pemain ini berjibaku mengamankan bola sangat hebat dan c—oh tuhan! Allan Vineberg berlari ke depan dan merebut bola dari Andy Nolan! Aku baru pertama kali melihat yang seperti ini! Vineberg terus berlari melewati satu, dua pemain Magician!! Diangkat, umpan lob ke arah McIntosh—tidak offside—OH!! C.J. McINTOSH dengan tendangan saltonya!! Tapi berhasil dihalau oleh kiper lawan—ALLAN VINEBERG!! ALLAN VINEBERG!! BOLA DITANDUK MELEWATI KIPER YANG TELAH JATUH!!!”
Semacam ledakan terjadi dari arah tribun penonton dan bangku cadangan. Tendangan salto Chris yang sangat kuat dapat ditahan oleh kiper lawan, tapi kiper yang telah kolaps itu tidak dapat mengantisipasi gerakan Vineberg. Vineberg mencucur bola dengan kepalanya bahkan sebelum bola muntahan itu menyentuh tanah.
“Oh boy,” seru Cliff McGregor.
“Oh tuhan,” Caitlin tidak bisa tidak bereaksi.
Para pemain belakang Swallows maju ke depan dan merayakan gol tersebut, tapi Chris hanya mengangkat tangan seadanya. Dia mengambil bolanya dan berlari kecil untuk mengembalikan bola ke tengah lapangan supaya pertandingan cepat dimulai kembali. Caitlin menoleh ke arah wasit, kemudian ke arah beberapa pemain cadangan, termasuk Mike Freeman yang kakinya telah dibebat oleh tim medis.
“Bola itu kan…”
Saat pertandingan berakhir dengan hasil 2 – 1 untuk kemenangan Swallows, para pemain melakukan selebrasi di lapangan. Setelah bertukar baju, Chris segera berlari menghampiri adiknya dan memeluknya erat-erat. Caitlin bisa merasakan air mata kakaknya mengalir di pipinya. Air mata kebahagiaan, juga pembuktian bagi setiap orang yang berpikir kalau Swallows tidak akan bisa berbicara banyak pada playoff.
“Aku yakin kita akan segera bermain di Liga Utama,” bisik Chris ke kuping Caitlin.
“C.J.!!”
“Chris!!”
Beberapa pemain menarik Chris dari pelukan Caitlin, dan mereka memaksa mengangkatnya ke atas dan bagaikan barisan parade, mereka berjalan ke dalam ruang ganti dengan Chris di atas mereka. Caitlin ikut tertawa melihat tingkah mereka, dan ikut berjalan mengikuti mereka. Tetapi dia melihat sesuatu di atas rumput, di bawah jejak kaki para barisan pemenang itu. Sebuah kain putih selebar setengah meter.
“Chris! Ini sapu tangan kesayanganmu!” seru Caitlin, memanggil kakaknya.
“CHRIS!”
Chris menoleh ke belakang dan mencoba mengambil saputangan itu, tetapi dia tidak bisa melawan teman-temannya yang membawanya ke dalam ruang ganti, sementara para fans menyerbu masuk untuk ikut mengelu-elukan para pemain Swallows.
Caitin hanya bisa melihat para pemain itu masuk ke dalam ruangan gelap yang tidak terlihat dari tempatnya berdiri…
Similar topics
» Ravishing Patch 1.4 South Africa 2010 - Update 1.6
» [RELEASED!]Moddingway - South Africa 2010 Mod
» • Graphics By pocho_SL • Superpack 2010 FIFA WC South Africa
» [RELEASED!]Moddingway - South Africa 2010 Mod
» • Graphics By pocho_SL • Superpack 2010 FIFA WC South Africa
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik